Test midle sidebar

Taat Kepada Orang Tua

gbi-bethel.org/ taat kepada orangtua


Renungan Harian 


"Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya."  1 Samuel 17:20a

Adalah keharusan seorang anak taat dan patuh kepada orangtuanya.  Demikian pentingnya menghormati orangtua sehingga Tuhan memasukkan perintah ini sebagai bagian dari sepuluh hukum Taurat!  "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."  (Keluaran 20:12), dan kembali ditegaskan dalam Ulangan 5:16, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."  Jadi hormat dan taat kepada orang tua adalah perintah yang tidak boleh diremehkan atau diabaikan.  Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi anak-anak yang mau taat dan hormat kepada orangtuanya.

     Daud adalah contoh seorang anak yang taat kepada orangtuanya!  Ketika mendapat perintah dari ayahnya,  "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka."  (1 Samuel 17:17-18), maka segeralah ia mengerjakan apa yang disuruh.  Tanpa menunda-nunda waktu ia bangun pagi-pagi dan segeralah "...mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya."  (1 Samuel 17:20). Bangun pagi-pagi menyiratkan bahwa Daud adalah seorang yang rajin.  Selain taat Daud adalah seorang yang bertanggung jawab, terlihat dari cara ia meninggalkan tugas pekerjaan yang sedang dilakukannya yaitu menitipkan terlebih dahulu kambing dombanya kepada seorang penjaga, dan barulah ia pergi.

     Di zaman sekarang ini ada banyak anak muda yang kurang menghormati orangtuanya dan suka sekali membantah perintah orangtua.  Padahal ketaatan kepada orangtua akan melatih dan membentuk kita untuk bisa taat kepada Tuhan.

Jika kepada pribadi yang tampak secara kasat mata saja kita tidak bisa taat, bagaimana mungkin kita akan taat kepada Tuhan yang tidak keliatan?

Prime Minister Peter O’Neill speaks out for West Papua


Today history was made as for the first time ever, the Prime Minister of Papua New Guinea spoke out against the oppression of PNG’s brothers and sisters in West Papua.
Prime Minister Peter O’Neill speaks out for West Papua
Today, Prime Minister O’Neill addressed cabinet ministers, provincial governors, business leaders and development partners such as Australia about PNG’s role in 2015 including speaking out for West Papua.
You can listen to his speech about West Papua here
Prime Minister O'Neill
PNG Prime Minister O’Neill says “As a country, time has come for us to speak out about the oppression of our people. (in West Papua)”
With a very powerful and ground breaking speech, Mr O’Neill quite frankly told those assembled: “Sometimes we forget our own families, our own brothers, especially those in West Papua.”
Going further he then said: “As a country, time has come for us to speak out about the oppression of our people.”
With applause and cheers from the cabinet, Mr O’Neill condemned the continuing human rights atrocities in West Papua which continue to be shared on social media.
He said: “Pictures of brutality of our people appear daily on the social media and yet we take no notice. We have the moral obligation to speak for those who are not allowed to talk. We must be the eyes for those who are blindfolded. Again Papua New Guinea as a regional leader, we must take the lead in having mature discussions with our friends and more so in an engaging manner.”
This highly significant speech was made only one day after the United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) submitted an application to join the regional Melanesian Spearhead Group. This application was formally supported by the government of Vanuatu and has received widespread support from other parliamentarians and people right across Melanesia.
Ground breaking for the Free West Papua struggle 
This was an incredibly important moment for the West Papuan struggle as no Papua New Guinean Prime Minister has ever spoken out against oppression in West Papua so strongly before. Mr O’Neill’s words signal a clear change in policy by the government of PNG and an example of the continuing shift in Melanesian politics towards recognizing West Papuans as brothers and sisters and West Papua itself as an integral part of Melanesia.
The United Liberation Movement for West Papua meeting with the Prime Minister of Vanuatu just before applying for membership in the Melanesian Spearhead Group
This is very encouraging news for West Papua and the Free West Papua Campaign would like to give our warmest thanks and further encouragement to Prime Minister O’Neill for his very significant and moral speech supporting the suffering cries of PNG’s fellow Melanesian people in West Papua.
We are confident that with such consistent and meaningful support, the international community as a whole will also join in the calls for freedom and justice for West Papuan self-determination and freedom.
We will continue to lobby the Prime Minister and raise support and awareness from governments and people in Melanesia and right across the world for a Free West Papua.

Papua New Guinea's Prime Minister Calls For Papua New Guinea to "Speak Out About The Oppression Of Our People" In West Papua



BREAKING NEWS - Papua New Guinea's Prime Minister calls for Papua New Guinea to "speak out about the oppression of our people" in West Papua.
Article here: http://freewestpapua.org/go/1264
Speech here: www.radioaustralia.net.au/…/png-pm-oneill-says-it-i…/1412699
Today history was made as for the first time ever, the Prime Minister of Papua New Guinea spoke out against the oppression of PNG’s brothers and sisters in West Papua.
With a very powerful and ground breaking speech, Mr O’Neill quite frankly told those assembled: “Sometimes we forget our own families, our own brothers, especially those in West Papua.”
Going further he then said: “As a country, time has come for us to speak out about the oppression of our people.”
With applause and cheers from the cabinet, Mr O’Neill condemned the continuing human rights atrocities in West Papua which continue to be shared on social media.
He said: “Pictures of brutality of our people appear daily on the social media and yet we take no notice. We have the moral obligation to speak for those who are not allowed to talk. We must be the eyes for those who are blindfolded. Again Papua New Guinea as a regional leader, we must take the lead in having mature discussions with our friends and more so in an engaging manner.”
This is very encouraging news for West Papua and the Free West Papua Campaign would like to give our warmest thanks and further encouragement to Prime Minister O’Neill for his very significant and moral speech supporting the suffering cries of our Melanesian people in West Papua.

Mat-Matian Demi Injil Kristus


Renungan

Baca :  2 Timotius 2

Pemberitaan injil Kristus bukan hanya menyangkut pekerjaan memberitakan Kristus “Anak Daud yang telah mati dan telah dibangkitkan” tetapi juga mencakup bagaimana mengusahakan agar berita itu terus berlanjut dari generasi ke generasi. Karena itu, Timotius diminta untuk bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga mempercayakan pemberitaan Injil itu kepada orang lain yang bisa dipercaya dan juga cakap untuk mengajar orang lain (2:2).

Pekerjaan ini harus dikerjakan Timotius dengan mati-matian. Dia harus berani menderita dan menanggung risiko sama seperti prajurit yang tidak menghiraukan keselamatan dirinya demi menuntaskan tugasnya (2:3-4). Paulus sendiri mati-matian berjuang demi injil yang sama, sehingga ia berkali-kali disiksa, bahkan saat itu sedang dipenjara karena injil yang sama. Asalkan berita Kristus yang dibangkitkan itu diberitakan dan orang pilihan Allah mendengarkannya, Rasul Paulus tidak memasalahkan dirinya yang dibelenggu (2:8-10). Ia bukan hanya siap menderita, tetapi juga rela mendisiplin diri untuk hidup secara benar sama seperti atlit yang mendisiplin dirinya sehingga berita injil tidak terhalang oleh cara hidupnya (2:5). Lebih dari itu, ia memiliki keinginan untuk bekerja keras sama seperti petani bekerja keras menabur benih karena mengharapkan panen besar (2:6).

Mati-matian demi injil Kristus tentulah tidak mudah. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Timotius berdiri teguh, tetapi bukan dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, melainkan karena karunia Kristus (2:1). Apakah yang Anda dan saya usahakan secara mati-matian hari ini? Apakah Anda berusaha mati-matian untuk memberitakan Kristus dan injil-Nya, berapapun harga yang harus Anda bayar dan risiko yang harus Anda tanggung? [H]

2 Timotius 2: 3
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.”

Mujizat Tuhan Masih Ada dan Tetap Ada


Renungan Harian Air Hidup

Baca:  Mazmur 86:1-17

"Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah."  Mazmur 86:10

Mujizat adalah karya adikodrati Tuhan yang dinyatakan dalam kehidupan orang percaya.  Mujizat sangat identik dengan berkat, kesembuhan, pemulihan.  Begitu rindunya mengalami mujizat, seseorang rela membayar harga, terkadang menempuh perjalanan yang sangat jauh, bahkan melintasi pulau atau negara demi menghadiri KKR  (Kebaktian Kebangunan Rohani)  yang dilayani oleh hamba Tuhan terkenal yang dipakai Tuhan secara luar biasa.  Tapi di sisi lain masih banyak orang yang tidak percaya terhadap mujizat.  Mereka beranggapan bahwa zaman mujizat sudah berlalu, hanya terjadi di zaman nabi-nabi terdahulu atau semasa Tuhan Yesus berada di bumi.

     Dahulu ketika Tuhan Yesus ada di tengah-tengah umat manusia juga ada sekelompok orang yang tidak percaya mujizat, padahal mereka berhadapan langsung dengan Sang Pembuat mujizat, "Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,"  (Yohanes 12:37).  Tak terkecuali orang-orang di Nazaret, padahal Nazaret adalah tempat asal Tuhan Yesus sendiri, tapi mereka meremehkan, bahkan menolak Dia, yang mereka pikir Yesus itu tidak lebih dari anak seorang tukang kayu.  "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ."  (Matius 13:58).  Ada pula yang menganggap bahwa mujizat terjadi secara kebetulan dan bersifat insidentil saja.  Itu tidak benar!

     Mujizat itu ada dan tetap ada, sebab kuasa Tuhan itu tidak pernah berubah.  "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).  Terjadi tidaknya mujizat dalam hidup seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar imannya kepada Tuhan.  Kalau kita sendiri ragu-ragu atau bimbang, itu akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan mujizat-Nya.  "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."  (Yakobus 1:6-7).  Selama ada kebimbangan dan keraguan, seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari Tuhan, apalagi mereka yang tidak percaya dan apatis.

Ketidakpercayaan adalah penghalang utama mengalami mujizat Tuhan!

"TUHAN.. BERIKANLAH TULANG RUSUK-KU"


RENUNGAN DARI: SAHABAT DOA



Alkisah seorang pria yang sudah bertahun-tahun melajang berdoa kepada Tuhan. "Tuhan, mengapa hingga saat ini aku masih belum juga memiliki pasangan hidup?" katanya. 

Dengan lembut, Tuhan menjawab, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak pernah memintanya."

Si pemuda ini terdiam dan mengamini ucapan Tuhan. "Kalau begitu, dapatkah Engkau memberikan padaku pasangan yang selama ini aku idam-idamkan? Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, serta penuh perhatian. Aku percaya, Engkau adalah Tuhan yang Maha Pemurah, tentu Engkau akan mengabulkan doaku dan membuatnya indah pada waktunya," ujar si pemuda itu. Tuhan hanya tersenyum.

Seiring dengan berlalunya waktu, si pemuda ini menambahkan daftar kriteria pasangan hidup yang diinginkannya. Misalnya, ia menginginkan pasangannya itu seorang yang penurut, tidak pernah mengeluh, pandai mengasuh anak, pandai memasak, dan seterusnya.

Dalam sebuah doa malam, Tuhan datang menyapa si pemuda ini. "Anak-Ku, Aku tidak dapat memberikan kepadamu pasangan yang engkau inginkan," kata Tuhan dengan penuh kasih.

"Mengapa Tuhan? Apakah Engkau marah kepadaku, Tuhan?" tanya si pemuda ini. "Tidak, sama sekali tidak!" kata Tuhan. "Lalu, mengapa tidak Engkau berikan saja, Tuhan?" tanya si pemuda dengan nada penasaran. Dengan lembut Tuhan menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan yang Maha Adil. Aku adalah kebenaran dan segala yang Kulakukan adalah benar."

Penuh kebingungan pemuda ini kembali bertanya, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang kumohon?" 
Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang peka terhadap kebutuhanmu, namun engkau sendiri tidak peka terhadap kebutuhan sesama di sekitarmu."



Si pemuda ini hanya terdiam. "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seorang pasangan hidup yang dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu itu akan berasal dari tulang rusukmu dan engkau akan melihat dirimu sendiri dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Aku tidak memberikan kepadamu pasangan yang sempurna karena engkau sendiri tidaklah sempurna. Namun, Aku akan memberikan kepadamu pasangan yang akan bertumbuh bersamamu menjadi insan yang lebih baik dari hari ke hari." 

#Doa Kami Tuhan Yesus Memberikan anda Pasangan Yang Sepadan dan Hidup Bahagia Selamanya# 
"AMIN"

PEMULIHAN CITRA DIRI


 Renungan Harian Air Hidup,

Baca:  Kejadian 3:1-24

"Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil."  Kejadian 3:23

Citra diri manusia telah menjadi rusak akibat pelanggaran yang dilakukan Adam dan Hawa.  Mereka terpedaya tipu muslihat Iblis sehingga memakan buah yang dilarang Allah untuk dimakan.  "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya."  (ayat 6).

     Ketidaktaatannya kepada firman Allah membuat manusia jatuh dalam dosa.  Sebagai akibatnya, manusia (Adam dan Hawa) bukan hanya telah kehilangan persekutuan yang karib dengan Allah, tapi juga harus hidup dalam kondisi-kondisi akibat dosa yang telah diperbuatnya:  mengalami sakit waktu bersalin, bersusah payah dalam mencari rejeki (ayat 16-19).  Ada pun manusia yang citra dirinya telah rusak ini disebut sebagai manusia berdosa yang hidup tanpa persekutuan dengan Allah, padahal tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya manusia dapat bersekutu denganNya dan untuk menyatakan kemuliaanNya.  Tapi sayang, dosa telah menjadi penghalang persekutuan tersebut.  Namun karena begitu besar kasih Allah kepada manusia, Ia merencanakan pemulihan bagi manusia;  dan rencana itu digenapiNya melalui Yesus Kristus.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  (baca  Yohanes 3:16).

     Melalui Yesus Kristus dosa kita ditebus.  Dialah yang membuka jalan baru yang merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan dengan Allah karena dosa dan menyediakan pendamaian melalui penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib.  Yesus Kristus menjadi terkutuk supaya manusia percaya kepadaNya bebas dari kutuk.  Kita telah bersekutu kembali dengan Allah;  jurang pemisah itu telah ditutup dan diratakan oleh Yesus Kristus  (baca  Kolose 1:20).

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  Roma 6:23